Abstrak
Pemupukan foliar (pupuk daun) merupakan strategi manajemen nutrisi esensial di pertanian modern, berfungsi sebagai suplemen cepat untuk mengoreksi defisiensi hara yang disebabkan oleh fiksasi di tanah ber-pH ekstrem atau kebutuhan mendesak tanaman. Penyerapan terjadi melalui dua jalur utama: difusi melalui kutikula dan penetrasi melalui stomata. Aplikasi harus dilakukan pada pagi atau sore hari untuk memaksimalkan durasi kontak larutan dengan daun dan menghindari fitotoksisitas. Meskipun memiliki keterbatasan pada hara makro, metode ini sangat efektif untuk hara mikro, memberikan efek cepat yang terbukti meningkatkan hasil, kualitas, dan daya tahan tanaman.
Kata kunci: Pemupukan Foliar, Nutrisi Tanaman, Mekanisme Penyerapan, Hara Mikro, Efisiensi Pemupukan
Pembahasan
Pemupukan melalui daun atau yang dikenal sebagai pemupukan foliar (foliar fertilization) merupakan teknologi pemupukan yang saat ini digunakan sebagai strategi manajemen nutrisi yang mutakhir dan esensial dalam sistem pertanian modern. Metode ini melibatkan aplikasi larutan nutrisi secara langsung ke bagian atas tanaman, terutama daun, dan tujuan utamanya adalah untuk melengkapi serta mengatasi defisiensi hara yang tidak dapat dipenuhi secara optimal oleh sistem perakaran. Studi menunjukkan bahwa metode ini bukan hanya sekadar alternatif, tetapi merupakan praktik manajemen tanaman penting yang dapat membantu memaksimalkan hasil dan kualitas tanaman (Haytova, 2013). Penggunaan pupuk foliar telah terbukti efektif dalam menyediakan dosis suplemen nutrisi yang bereaksi dan terserap dengan cepat, memungkinkan perbaikan nutrisi secara instan.
Urgensi Pemupukan Foliar
Pentingnya pemupukan daun secara umum timbul sebagai solusi terhadap tantangan agronomis yang membatasi penyerapan hara oleh akar. Kondisi tanah yang ekstrem, seperti pH yang sangat tinggi atau rendah, dapat menyebabkan fiksasi atau immobilisasi unsur hara, membuat nutrisi penting seperti Fosfor (P) dan hara mikro menjadi tidak tersedia bagi tanaman, meskipun kandungannya cukup di dalam tanah (Singh et al., 2013). Selain itu, selama periode pertumbuhan cepat seperti saat pembentukan buah atau saat tanaman berada di bawah stress lingkungan permintaan nutrisi seringkali melampaui kemampuan akar untuk menyerapnya. Dalam situasi ini, aplikasi foliar bertindak sebagai jembatan nutrisi yang cepat terserap, menyediakan nutrisi secara langsung ke lokasi yang membutuhkannya, sehingga memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tidak terhambat (Niu et al., 2021). Keunggulan lainnya adalah potensi untuk mengurangi jumlah total pupuk yang diaplikasikan ke tanah yang juga berkontribusi pada peningkatan efisiensi pemanfaatan pupuk dan mengurangi masalah lingkungan seperti pencucian hara (Niu et al., 2021). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa efek pemupukan daun meliputi peningkatan hasil, peningkatan toleransi terhadap kekeringan, hingga peningkatan resistensi terhadap penyakit dan hama (Haytova, 2013).
Mekanisme Penyerapan Pupuk Foliar
Mekanisme penyerapan nutrisi yang diaplikasikan secara foliar adalah proses kompleks di mana larutan nutrisi harus menembus dua lapisan pelindung utama pada daun, yaitu kutikula dan stomata. Kutikula merupakan lapisan lilin hidrofobik yang secara tradisional dianggap sebagai penghalang utama, namun nutrisi tetap dapat diserap melaluinya melalui dua jalur yitu Jalur Berair untuk difusi ion polar (seperti sebagian besar hara mineral) dan Jalur Lipoidal untuk molekul non-polar atau lipofilik, di mana efisiensi penyerapan melalui kutikula sangat bergantung pada kondisi kelembaban tinggi yang menjaga larutan tetap cair di permukaan daun. Selain itu, stomata juga dapat berperan sebagai jalur penyerapan di mana penetrasi larutan terjadi melalui proses difusi lambat di sepanjang dinding pori stomata. Pada proses penyerapan ini hanya molekul berukuran sangat kecil, seperti 43nm yang dapat masuk. Efektivitas penyerapan melalui stomata ditingkatkan secara drastis dengan penambahan surfaktan pada formulasi pupuk, yang memungkinkan infiltrasi larutan ke dalam pori-pori yang terbuka. Penyerapan yang paling optimal terjadi pada pagi atau sore hari saat stomata membuka secara optimal (Fernandez et al., 2013). Setelah nutrisi berhasil menembus salah satu jalur tersebut, ia akan dengan cepat diabsorpsi ke dalam sel-sel dan ditranslokasikan melalui sistem pembuluh floem menuju bagian tanaman yang membutuhkan, seperti buah atau pucuk yang sedang tumbuh (Oosterhuis, 2009).
Waktu dan Metode Aplikasi yang Tepat
Efektivitas pemupukan daun sangat dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat selama dan segera setelah aplikasi, yang secara langsung berkaitan dengan laju penguapan larutan pupuk. Waktu aplikasi yang paling efisien secara kausal adalah pagi hari atau sore hari. Pada waktu-waktu ini, suhu udara lebih rendah dan kelembapan relatif (RH) cenderung lebih tinggi, memastikan larutan pupuk tetap berada dalam bentuk cair di permukaan daun untuk durasi yang lebih lama. Kontak yang diperpanjang ini adalah kunci, karena memberikan waktu yang cukup bagi ion nutrisi untuk berdifusi dan terserap secara optimal melalui pori-pori kutikula (Oosterhuis, 2009). Sebaliknya, aplikasi pada tengah hari, terutama di bawah kondisi panas dan intensitas cahaya matahari penuh, harus dihindari. Penguapan yang cepat pada kondisi ini menyebabkan pupuk mengkristal di permukaan daun, yang secara drastis menghentikan proses penyerapan dan, yang lebih penting, meningkatkan risiko fitotoksisitas (luka bakar daun) akibat peningkatan konsentrasi garam yang tiba-tiba (Haytova, 2013). Selain itu, penting untuk tidak melakukan aplikasi foliar pada tanaman yang mengalami cekaman air karena kondisi kekeringan memicu penebalan dan peningkatan sifat hidrofobik lapisan lilin kutikula, yang secara signifikan akan menghambat penyerapan nutrisi foliar (Oosterhuis, 2009).
Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Daun
Pemupukan daun memiliki serangkaian kelebihan yang menjadikannya taktik manajemen nutrisi yang berharga. Keuntungan utamanya adalah kemampuan untuk mengoreksi defisiensi hara secara cepat, yang sangat krusial selama fase pertumbuhan kritis yang memerlukan perbaikan nutrisi segera (Oosterhuis, 2009). Selain itu, metode ini menawarkan efisiensi penyerapan yang jauh lebih tinggi untuk unsur hara tertentu dibandingkan dengan aplikasi tanah, terutama ketika nutrisi tersebut terfiksasi atau terikat kuat di dalam matriks tanah, yang sering terjadi pada tanah ber-pH ekstrem (Singh et al., 2013). Kelebihan lainnya adalah potensi untuk mengurangi jumlah pupuk total, meminimalkan pencucian hara ke lingkungan (Niu et al., 2021), serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap tekanan biotik dan abiotik (Haytova, 2013). Pupuk daun lebih efektif untuk hara mikro seperti Besi (Fe), Seng (Zn), Mangan (Mn), dan Boron (B) (Zahed et al., 2021). Hal ini dikarenakan hara mikro hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, yang sesuai dengan kapasitas serap daun, dan aplikasi foliar secara langsung memintas masalah fiksasi tanah yang umum. Contohnya, efisiensi penyerapan Mn melalui daun dapat mencapai 30 kali lipat lebih tinggi dibandingkan aplikasi tanah (Singh et al., 2013).
Meskipun demikian, terdapat kekurangan serius yang membatasi peran foliar. Kendala utama adalah kapasitas serap daun yang terbatas dan risiko fitotoksisitas jika konsentrasi larutan terlalu tinggi. Oleh karena itu, pemupukan daun tidak dapat sepenuhnya menggantikan kebutuhan hara makro (N, P, K) tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah besar (Oosterhuis, 2009).
Peningkatan Hasil Tanaman Setelah Aplikasi Pupuk Mikro Lewat Daun
Penerapan hara mikro melalui daun telah menunjukkan korelasi yang kuat dengan peningkatan hasil dan kualitas panen, terutama dalam kasus defisiensi hara tersembunyi. Selain itu, studi pada tanaman jagung menunjukkan bahwa aplikasi Fe secara foliar berhasil meningkatkan hasil biji-bijian, terutama pada kondisi defisiensi di lahan (Stewart et al., 2021). Demikian pula, aplikasi foliar Zn dan B pada semangka, serta Zn foliar pada bawang dan okra, telah terbukti meningkatkan parameter pertumbuhan vegetatif, jumlah buah per tanaman, dan bobot panen, menunjukkan peran esensial pemupukan mikro foliar sebagai alat precision farming untuk mengoptimalkan proses metabolik spesifik (Zahed et al., 2021).
Daftar Pustaka
- Fernández V, Sotiropoulos T, Brown PH (2013) Foliar fertilization: scientific principles and field pratices. International fertilizer industry association Paris, France
- Haytova, D. (2013). A review of foliar fertilization of some vegetables crops. Annual Review & Research in Biology, 3(4), 455–465.
- Niu, J., Liu, C., Huang, M., Liu, K., & Yan, D. (2021). Effects of foliar fertilization: a review of current status and future perspectives. Journal of Soil Science and Plant Nutrition, 21, 104–118.
- Oosterhuis, D. (2009). Foliar fertilization: Mechanisms and magnitude of nutrient uptake. Paper for the Fluid Fertilizer Foundation Meeting, Scottsdale, Arizona.
- Singh, A., Singh, J., Singh, M., Jain, A., Bhardwaj, S., Singh, D. K., Bhushan, B., & Dubey, S. K. (2013). An introduction of plant nutrients and foliar fertilization: A review.
- Stewart, Z. P., Paparozzi, E. T., Wortmann, C. S., Jha, P. K., & Shapiro, C. A. (2021). Effect of foliar micronutrients (B, Mn, Fe, Zn) on maize grain yield, micronutrient recovery, uptake, and partitioning. Plants, 10(3), 528.








SAVE MY NAME, EMAIL, AND WEBSITE IN THIS BROWSER FOR THE NEXT TIME I COMMENT